SEJARAH BERDIRINYA GEREJA KOTA KUPANG
350 tahun…. Itulah lamanya
penjajahan yang dilakukan oleh orang-orang Belanda di Indonesia berlangsung. Penjajahan
ini membawa berbagai dampak kepada Negara Indonesia. Salah satunya adalah
masuknya agama Kristen.
Tujuan Belanda menjajah
Indonesia adalah untuk mengambil rempah-rempah khas Indonesa, dan untuk
menyebarluaskan agama Kristen melalui penyebaran injil melalui para misionaris
Belanfa, dan membangun gereja serta berbagai fasilitas rohani lainnya.
Gereja sebagai persekutuan orang
percaya yang dipanggil dan dikuduskan oleh Allah serta diutus kembali ke dalam
dunia ini untuk suatu tugas penting yaitu Menyampaikan Damai Sejahtera Allah
dalam hidup manusia. Tetapi disamping itu Gereja sebagai salah satu organisasi
sosial perlu menata dirinya dari hari ke hari agar semakin baik dalam
melaksanakan tugas dan pelayanannya bagi dunia ini.
Jemaat GMIT Kota Kupang adalah salah satu jemaat
tertua dalam lingkup pelayanan Gereja Masehi Injili di-Timor yang bertumbuh,
bersama dengan berdirinya Benteng VOC di Kupang. Embrio pelayanan selaku Jemaat
dimulai pada tahun 1614 di dalam Benteng Fort Concordia (Asrama Benteng TNI
sekarang).
Berawal datangnya seorang Pendeta Belanda bernama Ds.
Matheos Van Den Broeck dipindahkan oleh pemerintah VOC dari Saparua Ambon.
Jemaat kecil yang bertumbuh dalam benteng inilah yang kemudian hari berkembang
menjadi cikal bakal berdirinya Jemaat Kota Kupang sekarang ini.
Kedatangan Ds. Matheos Van De Broeck sebagai missioner
pada tahun 1614-1615, dengan tugas utamanya adalah memelihara/merawat rohani
tentara/pegawai (VOC) didalam Benteng Concordia dan sewaktu-waktu menggelarkan
pekabaran injil di luar benteng. Dikarenakan rentan waktu yang singkat maka
sedikit pula hasil yang nampak. Pada tahun 1670, datang Ds. C. Keysero Kind
melayani jemaat kupang yang masih tersisa, yaitu +10 orang hingga
mancapai jumlah 59 orang saat ia meninggal dunia. 17 tahun kemudian, tepatnya
tahun 1687-1688 seorang pendeta Ds. A. Carpius datang untuk menggantikannya.
Pada tahun 1688-1691 pelayanan rohani oleh seorang
pendeta sempat kosong. Untuk mengisi kekosongan tersebut maka diangkat seorang
awam yang telah mendapat latihan sebagai pendeta dan menjalankan tugas
kependetaan (bukan pendeta) yang disebut penghibur
orang sakit (POS). POS pertama J. Dick Ivon yang kemudian murtad menjadi
penganut Katholik. Tahun 1753 diangkat seorang pendeta bernama Ds. Walssarff,
dan pada masa pelayanannnya, perkembangan jemaat bertambah jumlahnya menjadi
1300 orang yang tersebar sampai wilayah-wilayah penyanggah.
Pada masa pelayanan nyamulai
dirintis pembangunan gedung gereja diluar Benteng yang mampu menampung +
300 jemaat, pembangunan gedung tersebut dibawah komando, Van Pluskow yang
beberapa waktu kemudian meninggal dalam perang dengan portugis Hitam.
Pembangunan tersebut lalu dilanjutkan oleh pemerintah VOC sampai selesai tahun
1762. Selain itu pada periode ini juga sudah dibangun sebuah Sekolah Pribumi
sebagai penunjang Pekabaran Injil pada tahun 1761 yang diawasi langsung oleh
Majelis Gereja Kupang masa itu.
Pada periode ini terjadi kemunduran
iman dan banyak kejatuhan. Namun, sekitar tahun 1819, pendeta/ Ds. R.Le Bruijn,
seorang utusan dari NZG di tugaskan di jemaat kupang untuk mengepalai pekerjaan
pekabaran injil dan seluruh wilayah di Timor,Rote,Sabu,Babau dan Kisar.
Pada tahun
1860-1942 jumlah jemaat hanya 550 orang, namun perkembangan iman maju pesat.
Hal ini terlihat dari adanya system/cara semaikan Benih Iman dalam bentuk
Biston umum (semacam ceramah Alkitab setiap malam disaat bulan Terang) dan di
terbitkan 300 buah bukiu rohani. Tahun 1883 Donselar ditugaskan di kupang
meninggal dunia, lalu digantikan oleh J.F.Niks. Pada masa kepelayanannyalah
Gereja Kota Kupang diresmikan, tepatnya pada tahun 1887.
Tahun 1942
Jepang mendarat di kupang dan mengambil alih pemerintahan dari tangan
pemerintah Hindia Belanda. Keadaan pelayanan di Timor kocar-kacir, orang
Belanda ditahan dan ditawan oleh pemerintsh Jepang. Gedung Gereja Kota Kupang
dijadikan gudang amonisi dan perlengkapan perang tentara Dai Nipon. Kondisi ini
membuat D. Adoe dan Raja Kupang N.Nisnoni berinisiatif mengkoordinasi pelayanan jemaat dengan membentuk badan
Gereja Timor Selatan untuk mengantisipasi krisis keuangan. Pendeta yang
melayani pada waktu itu adalah (Ds). Enklaar (1940-1942). Jemaat dievakuasi ke
daerah Airnona dan Bakunase dan tidak bergereja di Gereja Kota Kupang tetapi
membuat membuat tempat ibadah sendiri membentuk suatu badan Gereja di 2(dua)
lokasi yang sekarang ini sebagai cikal bakal Gereja Syaloom Airnona dan gereja
Kemah Ibadah (berbahasa Sabu) dekat kolam Airnona.
Tahun 1945 adalah tahun persiapan pembentukan suatu
sinode Gereja-gereja di Timor.
Tahun
1947 terbentuklah sinode GMIT dengan 6 Klasis, tidak termasuk 3 jemaat lainnya
yaitu jemaat Kota Kupang, Ende, dan Sumbawa (NTB). Tahun 1957 GKK the mempunyai
Sekolah Taman Kanak-kanak (TKK) dan Tahun 1960 didirikan sebuah Panti bernama
Panti Asuhan PETRA JKK yang masih aktif sampai sekarang, sedangkan PGA Kristen
yang telah didirikan pada tahun 1957 telah ditutup karena reformasi kebijakan
pemerintah.
Selanjutnya pada kurun waktu tertentu para pendeta
mengupayakan pelayanan bagi umat dengan membuat pos-pos pelayanan yang akhirnya
menjadi mata Jemaat baru. Pada rentan waktu 1951-1952 GKK telah memiliki sebuah
Puskesmas/klinik bernama Ora Et Labora. Namun pada tahun 1958-1979 klnik ini
berhenti beroperasi sebagai akibat dari gejolak politik (pecah perang permesta
pada tahun 1957) yang menyebabkan pasokan tenaga, obat-obatan dan peralatan
medis terhenti. Puskesmas ini dikoordinir oleh Dokter Midle Coop. Sejak
bedirinya(1614) sampai saat ini GKK telah dilayani oleh + 52 orang
pendeta.
Gereja yang disebut sebagai gereja Kristen tertua di
Indonesia ini ternyata memiliki keadaan bangunan yang masih kokoh dan walaupun
telah mengalami berbagai jenis renovasi, tetapi para jemaat gereja ini tidak
ingin mengubah struktur bangunan gereja ini.
Gereja ini juga memiliki keunikan tersendiri, dimana
terdapat sebuah lonceng yang unik, 2 makam dari Yohanes Van Den Broeck yang
diduga adalah kerabat dari Ds. Matheos Van Den Broeck, dan juga terdapat 2
cawan perjamuan yang bahkan masih digunakan sampai sekarang.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuslo gila, menn!!
BalasHapussejarahnya terlalu minim. kemungkinan DS. Matheos Van Den Broeck yang membaptis raja helong pada tahun 1640 dengan nama salmon. masih adakah catan sejarahnya di gereja kota kupang?
BalasHapusapakah raja helong adalah raja pertama yg dibaptis oleh matheos van den broeck? kalau begitu maka orang helong adalah yg pertama menerima injil sebelum suku2 lain di timor, rote, sabu.
BalasHapus